Tio
mengendap-endap mengikuti Rahma yang berjalan di depannya dengan khawatir.
Bagaimana tidak, Rahma baru saja mendapati salah satu mahasiswa KKN itu
menggoda suaminya. Dengan cepat dan tergesa-gesa Rahma menggandeng Genzo masuk
ke rumah. Tio berjongkok di bawah jendela kamar tamu yang sekarang di tempati
Rahma dan suaminya saat menginap di rumah neneknya ini. Dengan hati-hati ia
memasang telinga. Jaga-jaga kalau mereka ternyata bertengkar hebat dan Rahma
tidak dapat menahan emosinya. Ia takut kalau suaminya akan bertindak kasar
padanya, mengingat sifat keras kepala Rahma dan seringnya ia membentak-bentak
saat marah. Pernah sekali Tio kena marah akibat teledor lupa mengurung
kambingnya saat hujan deras dan saat itu Rahma sempat berteriak-teriak sampai menyiutkan
nyalinya. Kali ini Tio sedikit kesal karena tidak bisa melihat apa yang mereka
lakukan, tapi setidaknya dari sini dia bisa mendengar suara mereka dengan jelas.
“Kita
pulang sekarang juga!”
“Kenapa
terburu-buru sayang, kita masih punya 2 hari lagi untuk menginap” Genzo
menatap cemas istrinya yang tiba-tiba memutuskan untuk mengemasi pakaian dan
pulang lebih awal.
“Oh
ya, 2 hari lagi untuk perempuan itu merayumu sepuas hati tanpa ketahuan oleh
ku”
“Kau
cemburu sayang?” Genzo bertanya dengan nada menggoda
sambil menunduk dan menatap lurus-lurus mata istrinya yang sibuk memasukkan
pakaian kotor ke dalam tas ranselnya. Ia tahu kelemahan Rahma saat mereka mulai
bertengkar karena hal-hal sepele seperti ini. Sebuah pelukan hangat dan ciuman
mesra akan membantunya mendinginkan kepala “Yuri
chan sayang?”
“Bukan
urusanmu” Alih-alih membalas pelukannya, Rahma malah menepis
tangan suaminya.
“Tentu
saja itu urusanku, kalau yang membuat mu emosi saat ini adalah karena
perbuatanku. Sekarang jelaskan baik-baik bagian mana dari peristiwa tadi yang
membuatmu cemburu”
“Apa
masih perlu ku jelaskan?! Dia berusaha mendekatimu dan mengajak bicara di
tempat sepi. Berdua saja! Tatapan matanya, suaranya yang mendayu-dayu,
tangannya yang gatal ingin menggandengmu. Kau pikir aku kurang cerdas untuk
menilai dia menginginkanmu!” bentak Rahma pada
suaminya, emosinya mulai memuncak sejak peristiwa tadi sore. Dan sekarang ia
ingin melampiaskan semuanya.
“Dia
tahu kalau aku sudah menikah”
“Dan
dia juga tahu kalau pria bisa beristri lebih dari satu”
“Demi
Tuhan, Yuri chan. Aku sama sekali tidak tertarik padanya. Dia hanya mahasiswa
yang penuh rasa ingin tahu” Kali ini Genzo berhasil
menjinakkan istrinya. Ia merangkul pinggulnya dan mendudukannya di pinggiran
ranjang. Sekarang mereka duduk berhadapan, saling menatap satu sama lain.
“Oh
ya tentu. Kuingatkan lagi padamu. Dulu aku juga cuma mahasiswa yang penuh rasa
ingin tahu. Dan akhirnya kau jatuh cinta padaku kan?”
Genzo tersenyum geli
mendengar pernyataan istrinya “Memang,
aku jatuh cinta padamu, lebih dari itu aku tergila-gila padamu.Tapi perlu ku
ingatkan juga, saat itu aku belum memiliki siapa-siapa. Sekarang aku punya kau
Yuri chan sayang. Semuanya tidak lagi sama saat aku memilikmu. Semua wanita jadi
tidak terlihat, bagiku mereka tidak ada” Genzo mencium buku-buku jari Rahma
dengan lembut. “Aku berterima kasih pada
orang tuamu karena telah melahirkan dan menjaga seorang bidadari untuk ku
miliki seutuhnya”
“Sekarang
kau pintar merayu ya? Siapa yang mengajarimu?”
“Oniisan.
Itu bagian dari pelajaran How-to-act-Indonesian yang diajarkannya” jawab Genzo
terkekeh-kekeh yang tanpa sengaja menyebabkan istrinya mau tidak mau juga ikut
tersenyum.
Mas Aris. Awas kau!
Dalam hati Rahma mengutuk kakaknya yang suka mengajari suaminya hal-hal aneh
seperti merayu, menggombal dan berkata-kata manis ala Indonesia lainnya. Tapi
di akui atau tidak kata-kata barusan berhasil menyentuh hatinya dan meluruhkan
semua emosinya saat ini.
“Sekarang
kau boleh menghukumku atas keteledoranku yang membuatmu cemburu. Tapi asal kau
tahu, setelah semua hukuman yang kuterima aku masih tetap mencintaimu, dan akan
tetap mencintaimu Yuri chan”
“Kalau
aku meninggalkanmu?”
“Setega
itu kah kau padaku?” Genzo menatap lekat-lekat istrinya, dan
bertanya-tanya apakah ia serius dengan ucapannya.
“Ya!
Dan sekarang aku akan pergi meninggalkanmu. Aku akan meninggalkanmu untuk pergi
tidur lebih awal. Selamat malam Genzo san!” Rahma
memicingkan mata menatap suaminya. Lalu secepat kilat dia membaringkan diri di
ranjang, memiringkan badan dan menarik selimutnya ke atas agar suaminya tidak
dapat membaca ekspresi gelinya menahan tawa.
Dan
sekali lagi Genzo tersenyum melihat kelakuan istrinya yang sulit ditebak.
Dengan sekali gerakan ia membaringkan diri mengikuti istrinya dan memeluknya
erat dari belakang sambil berbisik “Aku
mencintaimu Yuri chan, aku mencintaimu”
Tio
tidak dapat mengerti semua yang di ucapakan Rahma dan suaminya karena mereka
mengucapkannya dalam bahasa Jepang. Tapi ia sempat mendengar satu kalimat yang
ia mengerti, dan sebagian besar orang yang mengikuti perkembangan dunia
sepertinya juga paham. Kalimat itu begitu menusuk hatinya sekaligus membuatnya
lega. Ia lega karena telah melepas orang yang ia cintai kepada lelaki yang juga
mencintainya. Dengan begitu ia percaya Rahma akan bahagia karena ia berada di
tangan yang tepat.
“Aishiteru Yuri chan, aishiteru”